TENDER RAIN
Apa arti hujan bagimu? Bagiku, hujan adalah semacam bentuk lain dari perasaan dan harapan orang-orang. Setelah sekian lama menggantung di langit yang tinggi, mereka akan turun kembali dan mencapai tujuan-tujuannya. Aku percaya perasaanku akan tersampaikan pada orang yang kutuju. Entah ia sekarang berada di belahan bumi bagian mana. Aku merindukannya.
Sesosok pria dengan tubuh tinggi kurus yang selalu tersenyum damai kearahku. Yang selalu hadir saat aku senang maupun sedih. Saat ini, ia tidak ada lagi. menghilang tanpa meninggalkan apapun. Begitupun denganku, aku hanya dapat memberinya janji bahwa aku tidak akan melupakannya. Bagaimana kau bisa melupakan seseorang yang begitu berharga bagimu? Bagaimana kau bisa membenci orang yang tidak pernah menyakitimu?
“Serin, kau melamun lagi? apa yang kau pikirkan?” tanya sahabatku dan membangunkanku dari lamunanku. “Ponselmu terus berbunyi daritadi, ayolah, itu membuatku gila, siapa orang yang terlalu rajin mengirimu pesan begitu banyak?” protesnya sambil menyodorkan ponselku.
“Rieka, kau percaya takdir? Bagaimana bisa aku jatuh cinta pada orang yang sudah jelas tidak dapat kumiliki? Bahkan yang tidak pernah muncul lagi selama dua bulan terakhir ini.” Keluhku.
“Oh ayolah, Serin. Ia akan kembali. Percayalah. Aku yakin dia juga tidak akan melupakanmu.” Hiburnya.
Aku hanya membalasnya dengan senyum kecil yang kuukir sendiri di wajah lesuku. Lalu aku mengambil tasku dan tanpa meninggalkan sepatah katapun aku keluar dari café menuju taman yang biasa kukunjungi dengan orang itu. Aku tidak memperdulikan hujan deras yang terus mengguyurku, aku suka hujan bagaimanapun itu. Mungkin saja, perasaanku tersampaikan pada hujan saat ini bukan? Hiburanku, hujan.
Aku kembali mengingat mimpiku semalam sambil terus berjalan dalam hujan. Aku bermimpi melihat Riko terbaring lemah di kamar rumah sakit dengan peralatan-peralatan yang menyesakkan hatiku. Ia kenapa? Aku selalu berdoa agar tidak ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Ini sudah kesekian kalinya aku bermimpi seperti itu. Kakakku bilang, aku hanya terlalu merindukannya dan mengkhawatirkannya.
Aku terbangun dari lamunanku setelah menabrak seseorang yang ada di depanku. “Maaf. Aku tidak sengaja.” Ucapku. Namun entah mengapa, hujan tak mengguyurku lagi, perlahan ku naikkan kepalaku dan melihat orang yang ada di depanku.
Perasaanku tersampaikan! Hujan kali ini, terasa sangat indah. Hujan yang menyampaikan perasaanku. Hujan yang begitu lembut, membayar rasa rinduku dan sabarku selama ini. Tak terasa, air mataku perlahan jatuh, namun ia hanya tersenyum manis sambil menyeka air mataku.
“Kau lupa janjimu padaku? Kau sudah berjanji untuk tidak hujan-hujanan lagi seberapa banyakpun kau suka pada hujannya bukan? Kau lupa?” protesnya sambil mengusap rambutku yang basah.
“Aku benci kau. Mengatakan hal seperti itu setelah kau pergi meninggalkanku tanpa kabar dan petunjuk? Apa kau tidak tahu betapa khawatirnya aku? Dasar jahat.” Protesku dalam tangisku yang semakin menjadi.
Ia memelukku dengan lembut dan membiarkan hujan mengguyur kami berdua. “Sepertinya perasaanku juga telah tersampaikan padamu. Aku minta maaf telah meninggalkanmu. Tapi, aku berjanji aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Apalagi dengan kekhawatiran yang menghantuimu. Aku berjanji. Dan terima kasih, aku hidup kembali karena janjimu. Janjimu memberiku harapan. Sekali lagi, terima kasih.” Tangisku makin menjadi setelah mendengar ucapannya namun aku berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan mengulang kejadian yang sama, aku akan terus percaya padanya apapun yang terjadi.
Oleh Angelina Irene
0 komentar:
Posting Komentar